Laya Prabata akhirnya pulang ke negeri Rumpin, tempat ayah dan ibunya tinggal. Keputusan Suda Tuntang sudah tidak bisa dicegah kembali. Suda Tuntang yang menuhankan dirinya sendiri dengan kekutan yang ia punya mengaggap bahwa hanya dialah yang pantas menjadi seorang raja. Bagi Suda Tuntang kekuasaan yang sebenarnya bukan berasal dari warisan melainkan dari kekuatanya sendiri.
Kekuatan Suda Tuntang memang sangat besar, ilmu-ilmu yang ia pelajari dari berbagai negeri membuatnya semakin angkuh. Layu Perbata sebagai istrinya menyadari bahwa suda tuntang memang telah dipengaruhi oleh orang-orang dari negeri lain. Kebisaan buruk Suda Tuntang memang dimulainya saat ia mulai berkawan dan berguru dengan para nahkoda yang berlabuh di pelabuhan.
Negeri Rumpin yang mendapatkan ancaman pemberontakan dari adipati dagelan mulai risau. Keputusan untuk melawan dengan melakukan peperangan tentu akan mengakibatkan rakyat rumpin menderita. Oleh karenanya Sinala Aji memerintahkan lengser dan pangrawit (pembantu kerajaan) untuk menjemput Buyut Bage salah seorang pengasuh Sinala Aji yang sudah pensiun untuk kembali ke kerajaan.
Kedatangan Buyut Bage sangat dinantikan untuk membantu menyelesaikan pertarungan sedarah yang akan terjadi antara Kerajaan Rumpin dibawah Sinala Aji dengan Suda Tuntang. Sinala Aji sadar jika ia memaksakan diri untuk melawan Suda Tuntang pastilah ia dan negeri Rumpin akan kalah. Mengingat saat ini Suda Tuntang sudah memiliki kekuatan yang amat hebat. Jika Rumpin menyerah sebelum berperang ditakutkan Suda Tuntang akan menjadi raja yang kejam, meliahat tabiat suda tuntang yang sangat buruk.
Sinala Aji yang sudah terlanjur mewariskan ilmunya pada Suda Tuntang menjadi sangat risau, mengingat perjanjiannya dengan Gunung Sindur. Gunung Sindur akan kehilangan kejayaan untuk selamanya jika pertarungan antara guru dengan murid terjadi, jika pertarungan antar saudara terlakasana. Namun, demi rakyat akhirnya Prabu Sinala Aji memilih untuk berperang melawan pasukan Suda Tuntang.