Sisi Lain Memaknai Pancasila Sebagai Harga Mati, Oleh Efri Darlin Marto Dachi S.H, S.E, M.H

 

Lensareportase.com-Sukabumi
Hari lahir kesaktian Pancasila dan sekelumit pertentangan terkait tanggal berapa Pancasila itu dilahirkan.
Pada kesempatan ini penulis tidak ingin membahas tentang pertentangan pertentangan terkait tanggal berapa Pancasila itu lahir di tanah NKRI, penulis ingin melihat Pancasila dengan wajah utuhnya dengan pemaknaan yang masuk pada dimensi lain, perlu kita ketahui bersama secara de jure bahwa negara memperingati hari kelahiran Pancasila pada tanggal 1 Juni sebagai dasar dan falsafah negara, artinya hari ini kita memang memperingati Hari kesaktian Pancasila, hari dimana Indonesia lahir dengan memiliki gagasan ideologi dalam bernegara, namun yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang kita peringati dari lahirnya Pancasila? Apakah hanya sekedar prosesi simbolis dengan upacara bendera saja !! Saya rasa kita perlu sedikit merefleksi pemaknaan Pancasila pada nilai kehidupan. 1 Juni 2021.

Sementara secara penulisan Pancasila dengan kelima sila nya dijadikan pondasi bangsa yang secara geografis letaknya berpulau-pulau, secara etnis beragam, secara bahasa memiliki ratusan bahasa yang berbeda, kemudian dengan secara ajaib kita diikat dengan satu nafas dan ruh yang sama yaitu Pancasila, ada irisan ideologis pada letak Pancasila dewasa ini, iya bermanuver sebagai simbol dan belum lama Pancasila dilahirkan kembali sebagai gerakan etis dan politik, serta menjadi harga mati bagi keberlangsungan Negara kesatuan Republik Indonesia Pancasila dieksploitasi pada simbol simbol politik partai tertentu dan dibenturkan pada anak-anaknya sendiri, terjadi degradasi pada nilai pancasila itu.

Pada hari lahir Pancasila ini saya ingin mengingatkan kembali kepada kita semua sebagai anak bangsa bahwa negara Indonesia lahir dengan pijakan, dan dasar utama negara yaitu “ketuhanan” sebuah nilai yang mampu mengikat semua agama dan etnis.

Baca Juga :  Aksi Sosial Komunitas TUNISEL Tuwu Nias Selatan Berikan Rakit Rakyat

Pancasila dengan nilai ketuhanannya mampu lahir dan mewujud di setiap bahasa, yang keberadaannya (Ketuhanan) dipertanyakan bahkan oleh anak-anak balita, yang ia baru belajar berbicara, mereka pasti bertanya dari mana mereka berasal, dan secara otomatis akal menghantarkan mereka untuk bertanya tentang siapa penciptanya.

Dan indonesia menjadi satu-satunya negara yang dengan tegas menjadikan landasan bernegara nya berdasarkan nilai ketuhanan. Saya meyakini nilai ketuhanan inilah yang mampu mengikat semua agama, etnis, bahasa dan budaya, Pancasila menjadi rumah bagi keberagaman dan perbedaan.

Menariknya hari ini Pancasila menunjukan eksistensinya ditengah gejolak dan keretakan pada tubuh bangsa karena pertarungan politik dua raksasa anak bangsa, para elit sibuk menggaungkan “Pancasila Harga Mati” sementara bagi penulis “Pancasila Adalah Harga Hidup” ketika anda masih bernafas dan menapakkan kaki di Bumi Pertiwi, maka nafas anda haruslah pancasila, gerakan anda haruslah berkeadilan, sifat anda adalah persatuan.

Dengan semua nilai itu kita memilih manusia manusia Pancasila untuk memimpin dan memikul amanat negeri untuk mendistribusikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Diujung pena ini penulis ingin mengucapkan kepada segenap anak bangsa, selamat berbahagia rakyat Indonesia atas kelahiran Pancasila sebagai Harga Hidup

Penulis : EFRI DARLIN MARTO DACHI, S.H, S.E, M.H
(Advokat, Praktisi Hukum, di PAI JABAR)
(Ketua Advokasi JELAJAH HUKUM Center Jawa Barat)

As/smi.

Related posts