Satu Jembatan Rusak Berat Akibat Banjir Bandang di Kabupaten Garut

lensareportase.com, Hujan lebat memicu terjadinya banjir bandang di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Sabtu (6/11) pukul 17.00 WIB yang menyebabkan satu jembatan rusak berat.

Jembatan yang berlokasi di Desa Sukalilah, Kecamatan Sukaresmi ini merupakan akses jalan yang menghubungkan Desa Sukalilah ke Kampung Cipelag. Hal ini membuat sebanyak 335 KK terisolir dengan rincian 42 orang lanjut usia, 25 ibu hamil, 48 balita, 1 orang berkebutuhan khusus. Selain itu, terdapat 5 KK yang telah melakukan evakuasi mandiri ke rumah saudara terdekat.

Hal ini juga memengaruhi aktivitas belajar mengajar yang membuat sejumlah siswa tidak dapat berangkat ke sekolah, antara lain 48 anak PAUD, 111 siswa sekolah dasar, 69 siswa sekolah menengah pertama dan 33 siswa menengah atas.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut melakukan upaya tanggap darurat untuk membantu warga yang masih terisolir akibat banjir.

Pemerintah Kabupaten Garut telah menetapkan status Tanggap Darurat Bencana Banjir Bandang Nomor 362/3598/BPBD/2021 selama 7 hari mulai tanggal 8 sampai 15 November 2021. Saat ini pemerintah daerah dan BPBD Kabupaten Garut memfokuskan penanggulangan banjir bandang pada perbaikan jembatan agar dapat segera menghubungkan kembali akses jalan bagi warga yang terisolasi.

Banjir bandang juga merusak sejumlah rumah warga, antara lain satu unit rumah rusak berat, dua unit rumah rusak sedang, dua unit rumah rusak ringan serta merendam lahan pertanian yang siap panen seluas 2 hektar.

BPBD Kabupaten Garut bekerja sama dengan unsur Polri, Brimob, Forkopimcam, Tagana Dinas Sosial, Dinas Pemadam Kebakaran, Dinas PUPR, Dinas Perkim, relawan serta masyarakat setempat untuk membersihan material pascabanjir bandang, membuat jembatan darurat dan membersihkan material lumpur yang masuk ke rumah warga. Wakil Bupati Garut dan Dandim 0611 Garut juga turut meninjau langsung lokasi kejadian.

Baca Juga :  Banjir Bandang Mandailing Natal, Puluhan Jiwa Mengungsi

Adapun kebutuhan mendesak saat ini adalah air bersih, makanan dan alat untuk perbaikan sarana umum seperti jalan dan jembatan.

Sebanyak 182 Unit Rumah Terendam Banjir di Karawang

Hujan lebat juga memicu meluapnya Sungai Cibeet yang menyebabkan banjir di Kabupaten Karawang, Senin (8/11) pukul 06.30 WIB. Banjir yang terjadi di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjame Barat ini merendam 182 unit rumah serta fasilitas lainnya, antara lain dua unit fasilitas ibadah dan satu unit fasilitas pendidikan. Terdapat 561 jiwa yang terdampak peristiwa ini.

Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Karawang telah melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan evakuasi warga terdampak. BPBD setempat turut melaporkan kondisi mutakhir saat ini banjir telah berangsur surut.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini hujan yang disertai kilat/petir dan angin kencang antara siang hingga malam hari pada tanggal 9 sampai 11 November 2021 di Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabuapten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten dan Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten dan Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Garut, Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar, Kota dan Kabupaten Cirebon serta Kabupaten Indramayu.

Kajian inaRISK juga menunjukkan bahwa Kabupaten Garut memiliki potensi bahaya banjir bandang pada tingkat sedang hingga tinggi yang berdampak pada 40 kecamatan. Sedangkan Kabupaten Karawang memiliki potensi bahaya banjir pada tingkat sedang hingga tnggi yang berdampak pada 30 kecamatan.

Merespon hal ini, BNPB mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi basah di tengah dampak La Nina yang melanda sebagian wilayah Indonesia. Masyarakat dan pemerintah daerah setempat dapat melakukan upaya mitigasi dengan pembersihan saluran dan daerah resapan air, peninjauan kondisi serta pembersihan berkala fasilitas umum maupun pemukiman warga yang terletak di daerah berpotensi banjir, giat susur sungai oleh para ahli serta memantau prakiraan cuaca melalui BMKG dan potensi bencana di wilayah sekitar tempat tinggal melalui inaRISK. Pada saat tanggap darurat, masyarat juga dapat mengikuti instruksi pemerintah daerah setempat terkait giat penanganan bencana serta waspada terhadap aliran listrik dan genangan maupun aliran air yang memasuki tempat tinggal.(*)

Baca Juga :  Pascabencana Angin Kencang, BPBD di Dua Wilayah Lakukan Upaya Penanganan Darurat

 

Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan

 

Related posts