Beberapa teknik yang bisa diterapkan untuk menarik minat belajar anak kata Kak Seto adalah dengan menyisipkan unsur gerakan, musik, dan warna, yang dikemas sekreatif mungkin. “Selain itu, guru juga harus selalu berpikir positif setiap anak hebat dengan potensi mereka masing-masing. Rangkul dan libatkan anak dalam proses belajar yang komunikatif,” lanjut Kak Seto.
Ia juga menggarisbawahi perlunya kolaborasi dari seluruh elemen di satuan pendidikan untuk menciptakan lingkungan tumbuh kembang anak yang kondusif. Komitmen yang kuat dari para pendidik dan tenaga kependidikan serta kekompakan yang terjalin dengan mitra pendidikan seperti orang tua murid maupun masyarakat sekitar, menjadi beberapa hal yang disebut Kak Seto sebagai indikator keberhasilan untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah anak.
“Mari bulatkan tekad untuk memberantas kekerasan pada anak melalui Satuan Tugas Perlindungan Anak Tingkat Rukun Tetangga (Sparta) dan Satuan Tugas Anti Bullying di Sekolah,” pungkasnya.
Salah satu peserta yakni Pengawas SMP, Suku Dinas Pendidikan Kota Jakarta Timur II, Baharuddin Dalimunthe mengapresiasi acara ini dan berharap dapat mengikuti kegiatan serupa secara periodik. Menurutnya, sosialisasi program Sekolah Penggerak harus terus dilakukan untuk menambah wawasan dan kompetensi ekosistem pendidikan dalam hal implementasi program. “Termasuk dalam mencari solusi atas masalah yang ditemui di lapangan,” kata Baharuddin yang sudah menjadi pengawas sejak tahun 2012.
Berikutnya, Kepala Sekolah TK Baitush Shobirin, Solihah, mengaku antusias mengikuti seluruh rangkaian acara. “Terutama bisa berbagai praktik baik antarsesama rekan pendidik,” ungkapnya yang baru kali pertama mengikuti kegiatan ini. (*)