Sosok Ipik Gandamana Bupati Bogor Pertama Dimasa Revolusi

KAB.BOGOR – Ipik Gandamana lahir di Purwakarta, Jawa Barat, 30 November 1906, Ipik dibesarkan di Banten, Perjalanan karir kedinasannya berawal sebagai CA (Candidate Ambtenar) di zaman pendudukan Jepang dan ditempatkan di Bogor selama dua tahun, Kemudian menjadi Mantri polisi di Cikijing, Menjadi mantri kabupaten Jakarta tahun 1931. Patih Bogor tahun 1948. Bupati Bogor 1948-1949 merangkap bupati Lebak serta gubernur Jawa Barat 1956-1960. Ia juga termasuk salah satu tokoh yang ikut mengusulkan pendirian Universitas Padjadjaran. Selain itu, ia adalah kakek dari mantan Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi Iwan Sulandjana dan mantan Rektor Universitas Kebangsaan, Boyke Setiawan.

Ipik Gandamana Pada masa kemerdekaan diangkat sebagai Patih Bogor pada tahun 1948. Saat itu, Kabupaten Bogor dalam kondisi yang menegangkan setelah tentara Belanda menyerbu wilayah Bogor, termasuk mata-matanya dan menyebarkan politik adu domba (de vide impera).

Read More
banner 300x250

Beberapa kali Ipik dibujuk untuk bergabung dengan Belanda dengan berbagai macam cara, termasuk ditawari jabatan menjadi Patih Bogor di lingkungan pemerintahan Belanda, namun beliau tetap menolak dan membela Pemerintah Republik Indonesia. Saat dalam pengasingan, Ipik Gandamana menerima tugas dari Pemerintah Indonesia untuk menyusun pemerintahan darurat Kabupaten Bogor dan beliau ditetapkan menjadi Bupati Bogor, kemudian diangkat lagi oleh Wakil Gubernur Jawa Barat untuk merangkap sebagai Bupati Lebak.

Perjalanan panjang Ipik dalam menerima tugas, selain berkaitan dengan penyusunan pemerintahan darurat Kabupaten Bogor tidak pernah berhenti, walaupun harus menghuni sel di penjara Paledang, karena menolak bekerja sama dengan pemerintah Belanda atau Recomba.

Baca Juga :  Pesona Kabupaten Bogor: Curug Batu Pancur

Selama penyusunan pemerintahan darurat Kabupaten Bogor, Raden Endoey Abdoellah diangkat sebagai Wedana Istimewa yang melaksanakan tugas pokok pengerahan tenaga rakyat untuk perjuangan, pengerahan bahan makanan untuk keperluan perjuangan, menghadapi dan atau mengikuti perundingan-perundingan dengan Belanda dan perantaraan Komisi Tiga Negara (KTN), yaitu Australia, Amerika Serikat dan Tiongkok. (*)

(Wikipedia)

Related posts