Wamen Viva Yoga: Perubahan Sosial Harus Menambah Nilai Kemanusiaan , Konstruktif, dan Mempercepat Pembangunan

JAKARTA – Perubahan sosial tidak bisa kita tolak karena perubahan itu berjalan alami. Perubahan sosial akan berpengaruh pada lembaga, nilai, perilaku, dan lapisan sosial. Proses itu bisa bersifat evolutif maupun revolutif, direncanakan atau tidak direncanakan,  dalam spektrum besar atau kecil. Semua akan membawa dampak, bisa positif, bisa pula negatif.

Ungkapan demikian disampaikan oleh Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi saat dirinya menjadi ‘keynote speech’ Seminar Nasional dengan tema ‘Transformasi Budaya dan Kepemimpinan Menuju Indonesia Emas 2045’ di Universitas Trilogi, Jakarta, 18/12/2024.

Lebih lanjut Viva Yoga mengungkapkan, dampak positif dari perubahan sosial adalah terjadinya integrasi nasional. “Terjadi interaksi dan kompromi antar suku, agama, dan ras yang berbeda”, ujarnya. Perbedaan yang ada akhirnya berakulturasi membawa nilai baru sehingga menciptakan integrasi nasional. “Proses integrasi ini sekaligus menciptakan modernisasi masyarakat karena perubahan yang dilalui lewat kedewasaan dan akal sehat”, ujar Wakil Ketua Umum PAN itu.

Meski demikian dirinya mengingatkan perubahan sosial juga bisa berdampak negatif. Disebut perubahan yang ada bisa menimbulkan konflik karena adanya perbedaan budaya, suku, agama, dan ras. Bila hal ini tidak diantisipasi akan mengarah pada nilai yang destruktif. “Padahal setiap perubahan sosial harus diarahkan ke nilai yang positif, konstruktif, untuk menambah nilai kemanusiaan dan mempercepat pembangunan nasional”, ujar alumni Program Pascasarjana UI itu.

Dikatakan oleh Viva Yoga, Kabinet Merah Putih adalah kabinet yang besar. “Jangan dikatakan kabinet gemuk sebab bila dikatakan demikian nanti akan ada juga sebutan kabinet kurus atau stunting”, tuturnya. Perlu dibentuk kabinet besar sebab menurutnya untuk kerja-kerja besar membangun negeri. Kerja besar karena Indonesia adalah negara yang memiliki 17.508 pulau dan 277,5 juta jiwa penduduknya yang setiap hari harus makan tiga kali. “Untuk memenuhi hal yang demikian maka diperlukan fasilitas dan infrastruktur pertanian yang luar biasa”, ujarnya. “Inilah tantangan yang Kita hadapi”, tambah pria asal Lamongan, Jawa Timur, itu.

Baca Juga :  Jaksa Agung: Pendidikan Berbasis Digital Agar Dikembangkan dalam Rangka Menuju Kejaksaan Modern

Dengan kabinet besar inilah diharapkan akan mengerjakan hal-hal yang detail. Dalam kabinet besar, kementerian yang ada masing-masing di bawah kementerian koordinasi (menko). Kementerian Transmigrasi bersama dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman, serta Kementerian Perhubungan di bawah Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan. “Demikian juga kementerian-kementerian lain di bawah kemenko masing-masing”, ujarnya.

Kementerian di bawah kemenko masing-masing itu didorong terintegrasi dalam membuat pola kerja agar program yang dikerjakan efektif dan efisien dengan anggaran yang terencana dan bisa tepat sasaran.

Dalam seminar itu Viva Yoga mengatakan visi dari Presiden Prabowo Subianto saat ini adalah fokus membangun kedaulatan pangan, energi, dan air. Dalam hal kedaularan pangan, setelah dipelajari dan dikoordinasikan antar Kementerian termasuk Kementerian Transmigrasi, bila situasi politik seperti saat ini (stabil), kemudian tidak ada bencana alam dan seluruh kementerian teknis berlomba-lomba melakukan koordinasi menciptakan efektifitas dan efisinsi di lapangan, dirinya optimis beberapa tahun lagi bangsa ini tidak impor berbagai jenis komoditas tanaman pangan, seperti beras, jagung, dan kedelai.

“Indonesia memiliki tanah yang luas, subur, mempunyai dua musim, setiap hari ada sinar matahari sehingga proses fotosintesis untuk menumbuhkan tanaman pangan lebih cepat dibanding dengan negara-negara yang memiliki empat musim”, ucap mantan anggota Komisi IV DPR itu. “Dengan manajemen pembangunan yang koordinatif, integratif, Saya yakin dan optimis untuk membangun kedaulatan pangan, energi, dan air bisa segera terwujud”, tegasnya.

Seminar yang digelar di kampus yang beralamat di Kalibata, Jakarta Selatan, itu selain dihadiri oleh ratusan peserta juga hadir Rektor Universitas Trilogi Prof. Dr. Pramono Hari Adi, MS; Wakil Rektor I Bidang Kemahasiswaan dan Pembelajaran, Dr. Anies Lastiati, SE, Ak,MHRM.,M.Ed.St., CA; Wakil Rektor 2 Bidang Suberdaya dan Kerjasama, Dr. Dendi Anggi Gumilang, SE. MM; Wakil Ketua DPRD Jakarta ⁠Wibi Andrino, SH., MH; dan Ketua Umum Dewan Adat BAMUS Betawi, ⁠M. Rifki, SE (Eki Pitung).(*)

Related posts