Tulisan Tangan Anak Sulit Terbaca? Bisa Jadi Disgrafia

lensareportase.com, Disgrafia adalah salah satu gangguan belajar yang bisa dialami oleh anak. Kondisi ini ditandai dengan tulisan tangan yang tidak rapi, teratur, dan sulit untuk dibaca.

Apakah anak Anda memiliki masalah atau kesulitan dalam menulis? Jika kondisi ini terus terjadi dan tidak ada peningkatan, Anda perlu mewaspadai disgrafia pada anak.
Salah satu gangguan belajar ini dapat menghalangi anak untuk bisa memahami dan meningkatkan kemampuan akademiknya. Mari kenali lebih jauh seputar disgrafia pada anak dan cara mengatasinya.

Apa itu disgrafia?

Secara singkat, disgrafia adalah gangguan belajar yang berpusat pada kemampuan menulis anak. Karakteristik tulisan tangan anak dengan gangguan ini sering kali sulit dibaca. Anak yang mengalami disgrafia juga terkadang menggunakan kata-kata yang salah dalam berkomunikasi.Anak yang mengalami disgrafia dapat dianggap sebagai anak yang malas dan ceroboh karena memiliki tulisan tangan yang tidak rapi. Hal ini dapat menurunkan keberhargaan diri atau self-esteem dan kepercayaan diri anak. Anak bisa merasa cemas dan memiliki sikap yang buruk saat di sekolah.Sekilas, disgrafia terlihat sama dengan disleksia, karena terkadang penderita disleksia juga mengalami gangguan pada penulisan dan pengejaan. Bahkan terkadang, anak bisa saja mengalami disleksia dan disgrafia secara bersamaan.Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan yang jelas untuk mengetahui gangguan belajar yang dialami oleh anak.

Gejala disgrafia pada anak

Gejala disgrafia bukan hanya tulisan tangan yang sulit dibaca

Ciri khas dari disgrafia adalah tulisan tangan yang tidak jelas dan sulit untuk dibaca. Meski demikian, bukan berarti semua anak yang memiliki tulisan tangan yang tidak rapi mengalami disgrafia.Berikut adalah tanda-tanda lain yang dapat mengindikasikan kemungkinan anak mengalami disgrafia.

  • Sulit menyalin tulisan
  • Memegang alat tulis terlalu keras sehingga menimbulkan kram tangan
  • Pengejaan dan penulisan huruf besar yang salah
  • Menulis terasa sulit dan dilakukan secara lambat
  • Posisi tubuh atau tangan yang berbeda ketika menulis
  • Mencampur huruf sambung dan pisah
  • Menulis sambil mengeja atau melafalkan kalimat yang ditulis
  • Ukuran dan spasi antar kata yang tidak sesuai atau tidak beraturan
  • Kekurangan huruf atau kata dalam kalimat
  • Kesulitan untuk membayangkan kata sebelum ditulis
  • Memerhatikan tangan sambil menulis
  • Kesulitan untuk berkonsentrasi saat menulis
  • Sering menghapus tulisan ketika sedang menulis.

Gangguan belajar disgrafia timbul ketika ada masalah pada sistem saraf yang mengatur kemampuan motorik untuk menulis. Namun, penyebab dari disgrafia belum diketahui secara pasti. Walaupun begitu, terdapat beberapa kemungkinan yang dapat memicu disgrafia.Bila disgrafia terjadi saat anak-anak, maka kemungkinan penyebab disgrafia adalah adanya masalah pada bagian memori yang memampukan anak untuk mengingat kata-kata yang ditulis dan posisi atau gerakan tangan untuk bisa menulis.Terkadang disgrafia juga bisa timbul bersama dengan gangguan belajar lainnya, seperti ADHD, disleksia, dan sebagainya.Disgrafia yang muncul saat dewasa bisa disebabkan oleh cedera otak ataupun stroke. Adanya cedera atau gangguan pada bagian lobus parietal kiri di otak bisa memicu disgrafia.Gangguan belajar disgrafia dapat diturunkan dan berisiko lebih besar untuk dialami oleh anak yang lahir prematur dan yang memiliki gangguan belajar lainnya. Karena merasa kesulitan, gangguan ini bisa menjadi faktor penyebab anak malas menulis.

Perbedaan disgrafia dengan gangguan belajar lain

Disgrafia adalah gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan menulis

Perbedaan disleksia, disgrafia, dan diskalkulia patut diketahui orangtua. Disleksia adalah gangguan dalam proses belajar anak yang ditandai dengan kesulitan untuk membaca, mengeja, atau berbicara dengan jelas. Sementara itu, disgrafia adalah gangguan belajar pada anak yang ditandai dengan kesulitan menulis. Gangguan ini terjadi ketika anak terus-menerus mengalami kesulitan dalam menulis hingga mengganggu kegiatan belajarnya.Berbeda dengan disgrafia yang mempengaruhi kemampuan anak menulis, diskalkulia berkaitan dengan angka. Gangguan ini menyebabkan anak kesulitan dalam mempelajari konsep matematika dasar.

Apakah ada cara untuk mengobati gangguan belajar disgrafia?

Sayangnya, disgrafia adalah gangguan belajar yang belum bisa diobati. Namun, terdapat penanganan yang bisa dilakukan untuk membantu anak mengatasi gangguan belajar ini.Salah satu penanganan yang bisa diberikan untuk anak yang menderita gangguan belajar disgrafia adalah terapi okupasi. Terapi ini dapat berperan untuk meningkatkan kemampuan menulis anak dengan cara-cara berikut:

  • Menggambar garis dalam labirin
  • Belajar menggunakan tanah liat
  • Mengajarkan cara menggenggam alat tulis yang memudahkan anak untuk menulis
  • Mengerjakan connectthedots puzzle
  • Menuliskan huruf di krim yang berada di atas meja.
Baca Juga :  Membingkai Tradisi: Sejarah Awal Belanja Baju Baru untuk Menyambut Lebaran

Selain terapi okupasi, ada program-program lainnya yang bisa diikuti oleh anak sebagai penanganan disgrafia. Berbagai program ini dapat membantu anak mempelajari cara belajar menulis dengan rapi, contohnya terapi motorik.Apabila anak mengalami gangguan belajar lainnya, ia juga akan diberikan penanganan untuk mengatasi gangguan belajar tersebut, misalnya ADHD atau disleksia.

Membimbing anak yang menderita gangguan belajar disgrafia

Anak penderita disgrafia perlu dukungan orangtua dan guru

Disgrafia adalah gangguan belajar yang belum ada obatnya, tetapi orangtua dapat ikut andil dalam membantu anak untuk mengatasi gangguan belajar ini. Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua dalam membantu anak dengan gangguan belajar disgrafia:

  • Berikan anak bola penghilang stres yang bisa diremas-remas untuk bisa meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot tangan anak
  • Menyediakan alat tulis dengan pegangan yang sesuai untuk anak serta kertas dengan garis-garis yang lebar
  • Puji anak ketika anak berhasil menuliskan sesuatu dengan benar
  • Bicarakan gangguan belajar yang dialami oleh anak agar anak bisa mengerti kondisi yang dimiliki
  • Ajarkan anak cara-cara untuk mengatasi stres sebelum menulis agar anak merasa lebih rileks dan santai, seperti menggoyang-goyangkan tangan, dan sebagainya.
  • Memfokuskan anak untuk bisa mengetik daripada menulis.

Orangtua juga bisa bekerja sama dengan guru di sekolah untuk memudahkan anak dalam mengikuti pembelajaran. Beberapa hal yang bisa membantu anak dalam pembelajaran di sekolah adalah:

  • Memberikan waktu tambahan untuk anak mengerjakan tugas atau tes
  • Menunjuk salah satu murid untuk menjadi pencatat bagi anak
  • Memberikan tes atau tugas secara oral
  • Memperbolehkan anak untuk merekam bahan pengajaran yang diterangkan guru
  • Memberikan tugas tertulis yang lebih singkat untuk anak
  • Memberikan kertas dengan garis-garis yang lebar sebagai sarana menulis anak
  • Memberikan alat tulis dengan pegangan khusus untuk anak
  • Memberikan bahan pelajaran atau catatan yang sudah dicetak atau direkam kepada anak
  • Memperbolehkan anak untuk mengumpulkan tugas dalam bentuk audio atau video
  • Menggunakan komputer untuk mencatat atau mengerjakan tugas
Baca Juga :  Pertolongan Pertama Anak Sakit Perut, Apa Saja?

Apabila terapi atau program yang diikuti oleh anak terlihat tidak menunjukkan hasil, jangan merasa frustrasi dan memarahi anak, karena proses perkembangan anak dalam mengatasi disgrafia membutuhkan waktu yang tidak singkat.Jika orangtua merasa anak tidak cocok dengan program atau terapi yang sedang diikuti, orangtua bisa mencari program atau terapi lain yang lebih sesuai untuk anak. Terimalah anak apa adanya dan semangati anak untuk terus berusaha menghadapi gangguan belajar disgrafia yang ia miliki.(*)

(SEHATQ)

Related posts