Terlebih bagi seseorang sedang bingung, karir dan masa depannya tidak jelas, seolah tanpa harapan, maka nalarnya cenderung tumpul dan daya kritisnya lemah.
Tipuan yang sugestibel juga mudah merasuk pada seseorang yang mengalami “disosiasi”. Yaitu pola pemikiran yang terpecah, meloncat-loncat, sering bimbang.
Begitu pula orang yang tidak memiliki kepercayaan diri, ragu-ragu, tanpa konsep yang jelas dalam hidupnya. Maka sugesti apapun akan mudah mempengaruhinya.
Sebaliknya orang yang berkepribadian matang, rasional, derajat keimanan yang kokoh, tidak ambisius, dan “urip sakmadya”, maka tidak akan mudah tergiur, atau “terpesona” oleh sugesti negatif dari orang lain
Sugesti bisa positif, tetapi bisa juga negatif. Begitu pula proses imitasi, bisa juga bermanfaat tetapi tidak mustahil merugikan. Tinggal bagaimana sudut pandang seseorang dalam memaknakan dua hal tersebut di atas.
Lewat pemahaman diri yang utuh, maka sesungguhnya masyarakat tidak akan mudah tertipu, terpesona, atau terprovokasi oleh beragam tindak kejahatan yang akhir-akhir ini meruyak di persada nusantara.(*)