“Setiap kunjungan, dokter/perawat RSAS sudah menunggu kami untuk membantu mereka menanyakan kondisi kepada pasien. Selain itu kami juga diminta RSAS untuk menjelaskan prosedur penanganan yang akan diberikan kepada jemaah haji sakit,” tutur dr. Satria.
Sarwosri dari kloter JKG 7 adalah salah satu jemaah haji sakit yang dikunjungi di RS King Abdullah mengaku sangat senang dikunjungi oleh tim visitasi dan mengucapkan terima kasih karena sudah membantu dalam proses penyembuhannya.
Senada dengan hal tersebut, dr. Imran menyampaikan bahwa kendala bahasa ini sudah menjadi problematika dalam proses rujukan dan visitasi jemaah haji sakit ke RS Arab Saudi setiap tahunnya. Saat ini formulir rujukan digunakan dalam dua bahasa yaitu inggris dan arab. Selain itu dalam proses rujukan dan visitasi tenaga kesehatan didampingi oleh tenaga pendukung kesehatan yang berperan sebagai penghubung dan penerjemah.
“Hambatan yang sering timbul yaitu adanya miskomunikasi antara dokter yang menangani di RSAS dengan jemaah haji kita yang sedang dirawat, sehingga terkadang pasien keluhan pasien tidak tersampaikan dengan baik. Namun alhamdulillah sekarang sudah bisa diatasi dengan dukungan dari rekan penghubung dan penerjemah yang mendampingi,” ungkap dr. Imran.
Harapannya tidak ada lagi miskomunikasi antara petugas kesehatan Indonesia dan RSAS baik dalam proses rujukan maupun visitasi, sehingga penanganan jemaah haji sakit dapat berlangsung optimal.
Selain tenaga kesehatan, visitasi jemaah sakit di RSAS juga melibatkan petugas bimbingan ibadah, agar jemaah haji sakit di RSAS tetap mendapatkan penguatan secara spiritual.