Pemulihan Pascabencana Karhutla Melalui Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat

Foto : Para narasumber diskusi panel dalam Rapat Koordinasi Pemulihan Pascabencana Asap Akibat Karhutla, di Hotel Royal Padjajaran, Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/12).

“Ketika masyarakat di sekitar hutan diberdayakan, mereka merasa punya kepentingan sehingga mau untuk menjaga melestarikan hutan termasuk menjaga keselamatan lingkungan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Nelwan mengatakan, selain memberdayakan masyarakat di sekitar kawasan hutan, bencana asap dan karhutla ini dianggap menjadi ancaman permanen. Ini dapat ditinjau dari pola terjadinya yang hampir selalu berulang, khususnya saat memasuki El Nino. Ia menilai solusi yang dihadirkan harus bersifat jangka panjang dan permanen.

Pada konteks karhutla di Indonesia, BNPB memiliki enam provinsi prioritas dalam penanganannya. Kejadian yang terus berulang di wilayah tersebut membutuhkan solusi berkelanjutan. Dari hasil kajian pada terjadinya bencana ini, persentase terbesar penyebab karhutla adalah faktor manusia. Oleh sebab itu Nelwan menekankan pada pendekatan manusia atau masyarakat dalam solusinya.

Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan harus menjaganya. Selanjutnya, mereka juga perlu memiliki kapasitas sehingga fase pemulihan dapat berlangsung dengan baik. Tentunya, peningkatan kapasitas ini diselenggarakan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat.

Di sisi lain, Nelwan mengataka, masyarakat di sekitar kawasan hutan yang berpotensi terdampak langsung dari bencana asap dan karhutla perlu dirangkul sejak awal atau prabencana.

Baca Juga :  KLHK Lakukan Expert Meeting Hutan IKN Bersama Dekan Fahutan Se-Indonesia

Related posts