Oase Kabinet dan KLHK Ajak Masyarakat Kelola Sampah Organik Menjadi Kompos

“Metode kompos itu mudah dan tidaklah mahal, namun hasilnya sangat bermanfaat sekali bagi lingkungan. Hanya perlu mencoba dan kemauan saja untuk memulainya. Semoga membuat kompos ini dapat terus berkelanjutan dan secara mandiri,” ujar ibu Iriana.

Membuat kompos sangat penting karena kompos dapat menyuburkan tanah, menambah  kandungan organik pada tanah, serta akan meningkatkan water holding capacity butir-butir tanah yang berguna bagi kesuburan tanah melalui perbaikan tekstur dan struktur tanah.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh KLHK tahun 2022, jumlah timbulan sampah di Indonesia sebesar 68,7 juta ton/tahun dengan komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, khususnya sampah sisa makanan yang mencapai 41,27%. Kurang lebih 38,28% dari sampah tersebut bersumber dari rumah tangga. Selain itu, sampah organik juga merupakan kontributor terbesar dalam menghasilkan emisi  gas rumah kaca jika tidak terkelola dengan baik. Berdasarkan data KLHK Tahun 2022 juga disebutkan bahwa sebanyak 65,83% sampah di Indonesia masih diangkut dan dibuang ke landfill.

Sampah organik sisa makanan yang ditimbun di landfill tersebut akan menghasilkan emisi gas metana (CH4) yang memiliki kekuatan lebih besar dalam memerangkap panas di atmosfer dibandingkan karbon dioksida (CO2). Kondisi tersebut mempertegas bahwa pengelolaan sampah organik, khususnya sampah sisa makanan adalah penting dan perlu menjadi perhatian utama.Dalam upaya mencapai target Zero Waste sudah saatnya sekarang kita meninggalkan pendekatan atau cara kerja lama kumpul-angkut-buang yang menitikberatkan pengelolaan sampah di TPA.

Dengan prinsip kerja Zero Waste, Zero Emission, pengelolaan sampah di Indonesia telah bergeser ke hulu dengan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat.(*)

Baca Juga :  Menparekraf Tinjau Sentra Vaksinasi Pelaku Parekraf di Restoran Bebek Dower Cilandak

Related posts