lensareportase.com, JAKARTA – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar mengingatkan bahwa program smart village bukan hanya proyek digitalisasi desa. Desa cerdas adalah program inisiatif dengan tujuan warga desa sejahtera dan bahagia. Teknologi digital hanya alat untuk memudahkan dan mempercepat proses transformasi desa menjadi berkembang dan maju. Hal itu dikemukakan penerima gelar doktor honoris causa dari UNY Yogyakarta yang akrab dipanggil Gus Halim itu saat berdiskusi dengan Bupati Kotawaringin Timur Halikinnor di ruang kerjanya, Selasa (28/12/2021).
“Desa cerdas bukan sekadar berkait dengan digitalisasi, desa cerdas berkait erat dengan dimensi lingkungan, infrastruktur dan mobilitas warga, tata kelola pemerintahan desa, ekonomi warga, kualitas hidup warga desa, serta keterampilan dan inovasi warga desa. Ringkasnya, desa cerdas itu punya misi menyejahterakan dan membahagiakan warga desa,” ungkapnya.
Gus Halim menjelaskan, smart village atau desa cerdas merupakan konsep yang diadopsi dari konsep smart city. Bedanya, dalam adopsi ini ada proses pelokalan pada komponen-komponen dan indikator-indikatornya agar konsep ini lebih cocok dengan konteks desa dan kelurahan. Sayangnya, ada kesan penyederhanaan dalam pelaksanaannya menjadi hanya proses digitalisasi desa.
“Padahal, smart village itu harus berarti smart environment, smart mobility, smart government, smart economy, smart living, dan smart people,” tekannya.
Dalam kesempatan diskusi terbatas tersebut Bupati Halikinnor sempat menyampaikan usulan agar mempercepat pembangunan di kabupaten mereka.
“Hanya minta izin ke Pak Menteri, nanti kami berkomunikasi dengan Pak Dirjen, mungkin ada beberapa usulan kami yang bisa dibantu oleh Kemendes PDTT. Karena, untuk 2022 ada desa-desa kami yang masuk daerah tertinggal, tapi juga ada desa kami yang masuk program smart village,” ucap Bupati Halikinnor.
Adanya disparitas status desa, yang tertinggal dan akan mendapatkan program desa cerdas, membuat Bupati Kotawaringin Timur merasa perlu untuk mengakselerasi kemajuan desa-desa di kabupatennya. Di sisi lain, kabupaten ini memiliki lebih dari 30 desa transmigrasi. Para transmigran di kabupaten ini terbilang cukup maju dan sejahtera.
“Di Kalimantan Tengah, Sampit itu masuk program smart village pada 2022,” tutur Halikinnor.
Gus Halim tampak terkesan dengan penjelasan Bupati Kotawaringin Timur. Politikus PKB ini terlihat antusias dengan tawaran mengunjungi desa-desa di sana. Dia berjanji selekasnya berkunjung ke kabupaten yang secara administratif masuk ke Provinsi Kalimantan Tengah ini.
“Kami usahakan bisa segera ke sana. Ya, pokoknya awal-awal 2022 nanti diusahakan,” kata mantan Ketua DPRD Jawa Timur itu.(*)