Kecintaannya pada negeri Rumpin mampu membuat Sinala Aji mencapai kekuatan yang besar. Ia mampu mencapai moksa (menyatu dengan alam). Mengalahkan kecongkaan Suda Tuntang dan kekuatan yang ia pertuhankan. Tidak ada yang menang dan kalah dalam pertarungan sedarah ini, alam telah murka. Maka musnahlah Gunung Sindur dan kerajaan Rumpin.
Gambaran cerita dari Sasakala Gunung Sinala sebenarnya adalah gambaran sejarah yang masih terus berulang sampai saat ini. Perebutan kekuasaan, harta, popularitas yang dilakukan antar sahabat, teman, saudara bahkan keluarga masih menjadi fenomena nyata yang terlihat disekitar kita.
Fenomena antara Suda Tuntang yang mengkhianati Sinala Aji, merupakan gambaran seorang anak yang mendurhakai ayah sekaligus gurunya karena kesombongan hati. Hal ini terjadi karena Suda Tuntang merasa hanya dirinya yang paling kuat. Suda Tuntang yang hendak melawan negeri Rumpin adalah sikap ketidakpuasan Suda Tuntang dengan jabatan yang ia pangku. Sikap manusia yang tidak mudah puas dan sombong inilah yang menjadikan manusia menjadi durjana, rasa hormat yang dijalin antara ayah dan anak akan hilang ketika si anak merasa dirinya lebih.
Hancurnya Gunung Sindur adalah salah satu fenomena alam yang murka kepada manusia. Ketika manusia tak lagi saling menghormati, saling menyayangi, dan ketika manusia mulai sibuk untuk saling berebut kejayaan. Maka tunggulah kehanjuran alam, kehancuran negeri ini karena cepat atau lambat alam akan menampakkan kemurkaannya.
Sumber : FSB UKM Lises Gentra Kaheman IPB