Jombang (10/10) – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga memandang komitmen untuk mewujudkan pesantren ramah anak, pesantren anti kekerasan dan amat berkontribusi dalam mewujudkan SDM Indonesia berkualitas melalui satuan pendidikan yang ramah anak di Indonesia. Satuan pendidikan yang bebas dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi. Tercatat tahun 2022/2023, ada lebih dari 39.000 pesantren di Indonesia (Data Kementerian Agama).
“Pesantren ramah anak bukan hanya sekedar visi, tetapi sebuah komitmen nyata untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan para santri dengan segala potensi dan keunikan mereka,” ujar Menteri PPPA, dalam Sosialisasi Hasil-Hasil Roadshow 3 dan Penguatan Pesantren Ramah Anak dengan tema ‘Menguatkan Karakter Pesantren Anti Kekerasan dan Ramah Anak’ di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Kab. Jombang, Senin (9/10).
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) melalui Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak berkolaborasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Perempuan, Remaja dan Keluarga untuk memastikan pemenuhan hak anak dan mencegah tindakan kekerasan di lingkup satuan pendidikan melalui rangkaian Roadshow di Pondok Pesantren. Sebelumnya, kegiatan Deklarasi Moderasi Pesantren Ramah Anak sudah dilakukan mandiri di 3 pesantren yakni Ponpes An-Nawawi Tanara, Ponpes Al-Azhary Purwokerto Dan Ponpes Mahasina-Bekasi.
Di Jombang, Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas sebagai pesantren ke-empat yang turut mendeklarasikan pesantren anti kekerasan dan ramah anak yang nantinya akan diintegrasikan ke dalam pengasuhan dan pembelajaran santri.
“Selama roadshow selalu diawali dengan deklarasi termasuk tadi di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas ini. Deklarasi (pesantren ramah anak) ini tidak hanya dihafal atau diucapkan saja, mari tanamkan dalam hati untuk diimplementasikan dalam kehidupan di pesantren dan lingkungan sekitar,” tambah Menteri PPPA.