Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar Pekan Keaekaragaman Hayati Indonesia pada tanggal 15-17 Mei 2024 di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. Pelaksanaan acara ini bersamaan dengan World Species Congress untuk pertama kali yang sedang berlangsung di Selandia Baru. Kegiatan ini juga sekaligus memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Dunia yang dirayakan setiap tanggal 22 Mei.
Tahun ini, tema Hari Keanekaragaman Hayati Dunia adalah “Be Part of The Plan”. Tema ini merupakan ajakan kepada semua pemangku kepentingan untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati, dengan mendukung implementasi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal (KMGBF), yang juga disebut sebagai Rencana Keanekaragaman Hayati.
Berbagai rangkaian kegiatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan menunjukkan komitmen serta kontribusi nyata Indonesia dalam upaya mengurangi laju hilangnya keanekaragaman hayati dan pencapaian target global dalam Kunming Montreal Global Biodiversity Framework (KMGBF)
“Jadi rangkaian kegiatan ini dilakukan juga talkshow, pameran, untuk menunjukkan komitmen kita, dengan leading by example Indonesia dalam rangka penyelamatan, konservasi, dan perlindungan keanekaragaman hayati,” kata Wakil Menteri LHK Alue Dohong, yang mewakili Menteri LHK Siti Nurbaya, saat membuka Pekan Keanekaragaman Hayati Indonesia di Jakarta, Rabu (15/5/2024).
Melalui acara ini juga, diperlihatkan keberhasilan yang sudah dicapai misalnya terkait dengan lahirnya anak Badak Sumatera, dan kelahiran satwa liar lain yang dilakukan baik melalui konservasi insitu maupun exsitu. Hal lain yang ingin ditunjukkan yaitu komitmen untuk melakukan kegiatan rehabilitasi kawasan konservasi yang mengalami degradasi. Misalnya di kawasan konservasi yang sebelumnya merupakan HPH, sehingga dibutuhkan pemulihan ekosistemnya.
“Itu sudah kita lakukan. Jadi misalnya Tahun 2023 kita berhasil lebih dari 190.000 hektar yang kita lakukan restorasi dari target 200.000 Ha untuk RPJMN 2020-2024,” ujar Wamen Alue Dohong.
Lebih lanjut, Wamen Alue Dohong mengungkapkan saat ini ada perkembangan teknologi yaitu Assisted Reproductive Technology (ART), yang bisa digunakan dalam rangka memperbesar jumlah populasi satwa langka. Ia menyatakan kita harus lebih banyak belajar tentang teknologi seperti itu kedepannya.
“Saya meminta jajaran KSDAE untuk meningkatkan kapasitas para pegawainya, pekerja di lapangan, untuk mendalami ART ini. Supaya kita bisa memanfaatkannya, dalam rangka menjaga satwa-satwa kita dari kepunahan, disamping kita menjaga yang sudah ada,” katanya.
Selain itu, Wamen Alue Dohong menekankan perbaikan ekosistemnya yang tidak kalah penting. Keberlanjutan dan kelestarian satwa-satwa ini menurutnya juga sangat bergantung dengan kualitas ekosistemnya, habitat dimana mereka tinggal.
“Jadi itu harus kita jaga, dan ini tidak hanya tanggungjawab pemerintah, tapi tanggungjawab semua pihak, termasuk non-
state actors,” ungkapnya.
Kedepan, Wamen Alue Dohong mendorong adanya transformasi dari brown economy atau natural resources-based economy menjadi green, blue dan bio-economy. Keanekaragaman hayati Indonesia itu berpotensi menjadi backbone bio-economy kedepan, jadi tidak perlu eksploitatif lagi.
“Dengan bio-teknologi itu, menjadi sumber membangun ekonomi kita kedepan yang lebih ramah satwa, ramah lingkungan, dan ramah hutan,” pungkasnya.
Kegiatan utama dalam event yang diselenggarakan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG), Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK ini yaitu seminar nasional mengenai keanekaragaman hayati yang dilaksanakan secara hybrid dan disiarkan langsung secara global oleh panitia World Species Congress.
Selain itu, untuk menarik minat dan antusisiasme masyarakat juga dilaksanakan beberapa acara di Auditorium dan Selasar Gedung Manggala Wanabakti yaitu Talkshow dengan pembicara dari multi sektor konservasi spesies di Indonesia, seperti Kementerian/Lembaga terkait, Dunia, Lembaga Konservasi, komunitas multi spesies, dan generasi muda. Mereka mempresentasikan upaya-upaya konkret yang telah dilakukan dan keberhasilan konservasi di tingkat tapak. Ada juga pameran dengan booth species impact organization, dan mini games serta dimeriahkan hiburan musik sebagai penutup acara.(*)