JAKARTA, lensareportase.com – Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan kondisi perberasan Indonesia dalam keadaan normal. Tidak ada kekurangan apalgi kelangkaan. Adapun kondisi harga yang meningkat seperti di bulan ini disebabkan faktor tahunan, dimana setiap Desember dan Januari selalu mengalami kenaikan.
Namun, kondisi tersebut akan segera berakhir karena pada Februari sampai Maret mendatang harganya kemabli normal. Hal ini disebabkan karena petani mulai memasuki panen raya.
Direktur Serelia pada Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Ismail Wahab mengatakan bahwa prognosa Krangka Sempel Area (KSA BPS) menyebutkan luas panen padi tahun ini mencapai 10,61 juta hektare dengan produktivitas rata-raya 5,2 ton per hektare. Adapun produksi yang dihasilkan mencapai 55,67 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara 32,07 juta ton beras.
Menurut Ismail, semua data yang dikeluarkam tersebut merupakan hasil survei jajaran Kementan bersama BPS dan Bapanas. Selanjutnya hasil survei di evaluasi oleh para pakar statistik sebelum akhirnya dipublikasikan kepada masyarakat.
“Jadi di bulan Juni saja cadangan beras nasional mencapai 8 juta yang tersebar di penggilingan dan pedagang. Paling banyak ada di rumah tangga karena pembagian BLT juga langsung ke rumah tangga produsen dan rumah tangga konsumen,” kata Ismail, Jumat, 18 November 2022.
Adapun mengenai penyebab mengapa Bulog belum melakukan penyerapan, hal itu dikarenakan terdapat perbedaan harga antara penggilingan yang memberikan harga sebesar Rp10.300 dan Bulog yang menerapkan harga Rp9.700. Disitulah kendala mengapa Bulog belum menyerap.
“Padahal Bapak Presiden meminta Bulog harus membeli dengan harga pasar, yaitu di atas Rp 10 ribu,” katanya.
Sementara hasil identifikasi dan cek ketersediaan stok beras di penggilingan saat ini berdasarkan data Simonstok (Bapanas) dan hasil konfirmasi dari Dinas Pertanian Provinsi mencapai 1,87 juta ton. Sedangkan stok beras di penggilingan yang siap diserap Bulog sebesar 798.360 ton.