Adib mengatakan, fenomena astronomi itu terjadi dua kali dalam setahun. Untuk tahun ini, Istiwa A’dham terjadi pada 27 – 28 Mei 2024 dan 15 – 16 Juli 2024, ketika deklinasi matahari sama dengan lintang geografis Ka’bah. “Jika hari ini tidak memungkinkan karena kondisi tertentu, besok, tanggal 28, masyarakat masih bisa melakukannya pada pukul 16.18 WIB,” ucapnya.
Dikatakan Adib, pengukuran arah kiblat yang akurat perlu menggunakan tongkat lurus atau benang berbandul. Langkah pertama adalah menancapkan tongkat di atas permukaan yang datar, dan memastikan bahwa tongkat tersebut benar-benar lurus. Selanjutnya, amati bayangan tongkat, tandai ujung bayangan, dan tarik garis tegak lurus dari ujung bayangan ke pusat bayangan. Garis lurus yang terbentuk dari ujung ke pusat bayangan menunjukkan arah kiblat.
“Kita bisa mengukur arah kiblat secara mandiri di lokasi masing-masing. Cukup keluar rumah dan menegakkan tongkat yang lurus pada pukul 16.18 WIB hari ini,” paparnya.
Gelaran tersebut, imbuh Adib, menjadi momentum berharga bagi warga Muslim di Indonesia untuk memperkuat keyakinan dan kebersamaan dalam menjalankan ibadah. Ia menambahkan, pencapaian rekor MURI bukan merupakan tujuan, yang lebih penting adalah kehadiran Kemenag dalam memberi pelayanan kepada masyarakat.
“Tidak hanya mencatatkan rekor MURI, tetapi yang terpenting adalah Kemenag hadir dalam memberi pelayanan kepada masyarakat,” tandasnya.