lensareportase.com, Jakarta – Saat ini Indonesia bisa dikatakan berhasil dalam mengendalikan penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Hal ini dapat dilihat dari penurunan kasus di beberapa provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan di tingkat desa. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (06/8).
Nasrullah mengatakan, saat ini terdapat 5 provinsi, 66 kabupaten/kota, 570 kecamatan dan 4.195 desa dengan kategori *Zero Case* (0) karena lebih dari 2 minggu terakhir tidak terdapat kasus baru/kasus aktif, serta terjadi penurunan jumlah kasus harian. Ia sebutkan, kelima provinsi tersebut yaitu Kepulauan Riau, Bali, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta dan Sumatera Selatan, hal ini menunjukkan bahwa hewan yang sakit PMK semakin menurun di lapangan bahkan sudah tidak ada lagi laporan ditemukannya ternak yang sakit pada wilayah Zero Case.
Selain itu juga menurut Nasrullan, jumlah ternak sakit PMK terus menurun, hal ini dapat dilihat dengan membandingkan sejak puncak kasus tgl 26 Juni 2022 sebanyak 13.518 ekor dengan jumlah kasus per tanggal 5 Agustus 2022 sebanyak 476 ekor atau turun sebesar 96,48% dari puncak kasus. Ia katakan, rata-rata perbandingan jumlah ternak sembuh terhadap ternak sakit PMK sebesar 61,98%, sedangkan rata-rata perbandingan jumlah ternak mati terhadap ternak sakit PMK sebesar 1,07%.
Lebih lanjut Ia katakan, dalam penanganan PMK, Pemerintah terus berupaya menekan penularan penyakit ini terutama di provinsi dengan penyumbang kasus konfirmasi PMK terbesar, yaitu Jawa Timur sebagai provinsi dengan jumlah sapi terbanyak dengan terkonfirmasi PMK, kemudian NTB, Jawa Barat, Aceh, dan Jawa Tengah.
Di samping itu, sebagai upaya menekan penularan, Pemerintah mendorong percepatan vaksinasi bagi ternak yang sehat. Program vaksinasi hewan ternak rentan PMK harus dipercepat dan saat ini realisasi vaksinasi sudah mencapai sekitar 1,11 juta ekor.
“Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan vaksinasi memiliki kemampuan untuk mengendalikan jumlah kasus PMK,” ungkap Nasrullah.
Namun demikian, Ia meminta agar masyarakat tetap mewaspadai adanya potensi lonjakan kasus.
Sebab saat ini masih terdapat kasus di 215 kabupaten/kota yang harus segera dikendalikan. “Oleh karena itu, surveilans dan penerapan tindakan pengobatan, pengamanan, pengetatan biosekuriti secara berkelanjutan harus tetap dilakukan bersama-sama,” tutur Nasrullah.
Nasrullah pun mengimbau kepada masyarakat agar penanganan PMK juga dimaksimalkan melalui 5 strategi utama, yakni Menjaga sanitasi dan biosekuriti kandang, memvaksin ternak yang sehat, membatasi lalu lintas ternak dan produk ternak dari wilayah zona merah ke wilayah hijau, mengisolasi ternak yang sakit dan melakukan pengobatan, melaksanakan pemotongan bersyarat.
“Saat ini kami terus melakukan upaya agar penyakit ini tidak menyebar ke provinsi lain. Untuk itu, kami mendorong tim gugus tugas PMK di semua wilayah guna tetap waspada dan menindaklanjuti kasus di seluruh wilayahnya masing-masing dan menjaga langkah-langkah biosekuriti di tingkat desa,” pungkasnya.(*)