“Beliau (Kaisar Jepang) memiliki keahlian khusus dalam bidang pengelolaan air. Ada pernyataan khusus untuk bisa melihat Prasasti Tugu karena pernah dalam satu kesempatan beliau menyampaikan bagaimana pengelolaan air di masa lalu itu sudah banyak dilakukan di Asia termasuk Indonesia. Jadi, dalam kunjungan ini, ia ingin melihat koleksi aslinya dan tentu ingin belajar lebih banyak tentang pengelolaan air yang ada di Indonesia,” ujar Hilmar Farid dalam kesempatan wawancara.
“Selain itu, kita ingin memperlihatkan prasasti lain karena tradisi pengelolaan air di Nusantara (sejarah) panjang sekali mulai dari Abad ke-8 bahkan jauh dari sebelumnya, seperti pembangunan kanal yang diabadikan dalam berbagai prasasti,” ucapnya menambahkan.
Sebelum kunjungan resmi ke Museum Nasional, Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako disambut hangat oleh Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana di Istana Bogor pada Senin (19/6). Dalam jadwal kunjungannya Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako juga akan mengunjungi Candi Borobudur Kamis (22/6) mendatang.
Sekilas tentang Sejarah Prasasti Tugu
Ditemukannya prasasti ini menjadi indikasi bahwa pada masa itu masyarakat memahami pentingnya pengelolaan sumber daya air, pembangunan infrastrukur dengan memahami karakter alam lingkungan tempat tinggal. Salah satu dari prasati tersebut adalah Prasasti Tugu. Prasasti ini ditemukan di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu. Kini lokasi penemuan masuk ke dalam wilayah Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Prasasti Tugu ditulis dalam aksara Pallawa awal berbahasa Sanskerta dalam bentuk sloka. Aksara dipahat melingkari permukaan batu yang berbentuk bulat telur. Prasasti Tugu berisi mengenai dua sungai (kanal) yaitu Candrabhāga dan Gomati. Sungai (kanal) Candrabhāga telah digali terlebih dahulu, airnya mengalir sampai ke laut dan melewati istana kerajaan Pūrṇawarman. Selanjutnya Pūrṇawarman memerintahkan penggalian sungai (kanal) sepanjang 6122 tumbak (±12 km) bernama Gomati. Penggalian Sungai (kanal) Gomati ini dilakukan pada tahun ke-22 dari masa pemerintahan Pūrṇawarman, dan selesai dalam tempo 21 hari.