lensareportase.com, Keguguran bisa membawa kesedihan mendalam bagi keluarga muda yang ingin segera memiliki anak. Bahkan, keguguran bisa memicu depresi karena wanita yang mengalaminya, dirundung perasaan bersalah. Sebuah survei di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 41 persen perempuan yang mengalami keguguran merasa bertanggung jawab atas penyebabnya, meskipun tidak sepenuhnya benar dan hanya mitos keguguran belaka.
Banyak wanita merasa bersalah setelah mengalami keguguran karena berpikir bahwa mereka tidak cukup rileks, tidak makan dengan benar, atau terlalu stres. Ada banyak faktor yang menyebabkan seorang wanita mengalami keguguran, tapi mereka juga tidak tahu cara mencegahnya.
Apa saja fakta dan mitos keguguran?
Menurut Jane Frederick, MD, spesialis kesuburan di Orange County, beberapa keguguran yang terjadi tidak dapat dijelaskan penyebabnya. Meski demikian, kelainan kromosom, masalah kesehatan, dan infeksi, juga berpotensi menyebabkan keguguran.Berikut ini adalah mitos keguguran yang sering membuat banyak wanita menjadi cemas ketika merencanakan kehamilan berikutnya. Apa saja mitos-mitos tersebut?
Mitos 1: Jika pernah keguguran, Anda akan mengalaminya lagi
Frederick menyatakan bahwa setelah mengalami pertama, kesempatan untuk keguguran untuk kedua kalinya tidak lebih besar. Lain halnya jika sudah mengalami dua kali keguguran, risiko untuk mengalami keguguran berikutnya menjadi sedikit lebih besar. Mereka yang mengalami keguguran lebih dari satu kali, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kesuburan untuk merencanakan perawatan kehamilan yang tepat.
Mitos 2: Adanya bercak atau pendarahan selama kehamilan menandakan keguguran
Para ahli menyatakan bahwa pendarahan yang terjadi pada 20-40 persen wanita hamil saat trimester pertama merupakan hal yang umum terjadi. Bahkan, pendarahan besar dan berkepanjangan dapat terjadi selama kehamilan yang sehat.
Mitos 3: Keguguran jarang terjadi
Survei nasional di Amerika Serikat menunjukkan bahwa para responden percaya keguguran hanya terjadi pada sekitar 5 persen kehamilan penduduk mereka. Padahal berdasarkan data American Pregnancy Association, keguguran dapat terjadi pada 10-25 persen kehamilan di AS.
Mitos 4: Setelah keguguran, Anda harus menunggu 3 bulan untuk kembali merencanakan kehamilan
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa Anda dapat menjalani kehamilan sehat kapanpun, bahkan satu bulan setelah keguguran. Meski demikian, para ahli menyarankan wanita untuk menunggu sampai nilai tes darah mereka (serum beta-hCG) turun ke angka nol sebelum kembali merencanakan kehamilan.Serum beta-hCG ini dapat turun hingga nol hanya dalam beberapa minggu, atau bahkan satu bulan. Namun, beberapa dokter akan menyarankan untuk menunggu lebih lama jika pasien telah menjalani prosedur suction D & C (pelebaran dan kuretase) setelah keguguran.
Mitos 5: Keguguran tidak dapat dicegah
Meski sebagian besar penyebab keguguran ada di luar kendali Anda, beberapa penyebab lainnya bisa dicegah. Para ahli menyatakan bahwa merokok adalah penyebab keguguran nomor satu yang dapat dicegah. Merokok lebih dari 10 batang per hari dapat meningkatkan risiko keguguran, begitu pula dengan menjadi perokok pasif.
Nanas muda menggugurkan kandungan mitos atau fakta?
Apakah nanas muda menggugurkan kandungan lewat mitos atau fakta? Sebenarnya ibu hamil boleh saja makan nanas, asalkan tidak berlebihan.Hubungan buah nanas dapat menggugurkan kandungan berasal dari enzim bromelain yang dapat memecah protein tubuh. Enzim ini bisa berbahaya bagi janin jika dikonsumsi saat hamil. Oleh sebab itu, ibu hamil muda disarankan sebaiknya tidak makan nanas.Buah nanas akan mencapai efek menggugurkan kandungan jika ibu hamil mengonsumsi 7-10 buah nanas utuh sekaligus.
Apakah kualitas sperma memengaruhi keguguran?
Faktor yang menyebabkan keguguran bukan hanya datang dari wanita, tapi juga untuk pria. Keguguran bisa terjadi jika kualitas sperma yang dihasilkan buruk.Sampai saat ini belum ada angka yang pasti untuk mengukur seberapa sering sperma menjadi faktor keguguran pada ibu hamil. Namun, keguguran masih mungkin saja terjadi, terutama pada pria tidka normal atau pria yang posisinya lebih rendah.(*)
(Sehatq)