Intervensi Kementerian Kesehatan Dalam Menurunkan Kematian Jemaah Haji

lensareportase.com, Madinah – Hingga hari ke 70 operasional penyelenggaraan haji tahun 2022, pada jumat (12/8), tercatat sebanyak 89 Jemaah haji meninggal dunia. Kasus pasien meninggal dunia didominasi oleh penyakit Jantung dan penyakit pernafasan.

Jika dibandingkan dengan penyelenggaraan haji lima tahun terakhir pada periode yang sama, terjadi penurunan angka kematian yang cukup signifikan di tahun ini. Pada periode yang sama di tahun 2019 sebanyak 447 dari 212.730 jemaah haji meninggal dunia (1.94 permil), sementara pada tahun 2018 sebanyak 350 dari 203.350 jemaah haji meninggal dunia (1.70 permil). Tahun 2017 sebanyak 645 dari 221.000 jemaah haji meninggal dunia (2.94 permil), dan pada tahun 2016 sebanyak 342 dari 168.800 jemaah haji meninggal dunia (2.06 permil).

“Untuk tahun ini secara umum angka jamaah yang sakit maupun yang meninggal memang cukup signifikan penurunannya, mudah mudahan target 1 permil bisa kita capai di tahun ini.” Ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji, dr. Budi Sylvana, MARS, M.H, Jumat (12/8)

Pihaknya menyatakan melakukan berbagai langkah untuk menurunkan angka jamaah yang sakit maupun meninggal di masa operasional haji tahun ini. Salah satunya melalui penguatan digitalisasi pelayanan melalui TeleJemaah dan TelePetugas.

“TeleJemaah mempermudah petugas kesehatan dalam memantau kondisi kesehatan jemaah haji berisiko tinggi (risti)” jelas dr. Budi.

Aplikasi TeleJemaah terhubung dengan wristband yang dipakai di pergelangan tangan jemaah. Setidaknya sebanyak 3.000 wristband dibagikan kepada jemaah haji paling risti di masa operasional haji tahun ini. Melalui aplikasi ini, vital sign dari jemaah risti dapat terpantau oleh petugas kesehatan, mulai dari detak jantung, tekanan darah, saturasi oksigen, dan lainnya, lanjut dr, Budi.

Sementara TelePetugas berfokus sebagai kontrol kesehatan jemaah dari semua aspek. Aspek dimaksud meliputi rawat jalan, rujukan, karantina, pengawasan makanan, hingga informasi mengenai promosi kesehatan. TelePetugas juga menjalankan fungsi monitoring vital sign jemaah yang didapat dari aplikasi tele jemaah melalui mekanisme pelaporan smart watch atau wristband. Selain itu juga bisa digunakan untuk memonitor tombol bantuan jemaah.

Baca Juga :  Danlanud HND Mengantar Keberangkatan Wapres RI Dari Makassar Usai Kunjungan Kerja Dari Wilayah Papua

Langkah selanjutnya adalah dengan pengetatan pemantauan terhadap jemaah haji risti melalui screening kesehatan atau Medical Check Up (MCU), yang dilaksanakan baik di KKHI Makkah maupun di KKHI Madinah. Setidaknya setiap harinya sekitar 50 jemaah yang dilakukan pemeriksaan dan konsultasi dengan dokter spesialis di KKHI.

Penguatan layanan di KKHI juga dilakukan. Pada musim haji tahun ini, dr. Budi memaksimalkan pelayanan kesehatan di KKHI, terutama untuk kebutuhan yang sifatnya live saving atau kegawatdaruratan. Rujukan ke RSAS dilakukan bagi jemaah yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih lanjut.

Untuk mendukung peningkatan kualitas layanan, KKHI diperkuat dengan 48 dokter spesialis dari 13 keilmuan, mulai dari Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Paru, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Spesialis Saraf, Spesialis Bedah Umum, Spesialis Orthopedi, Spesialis Kesehatan Jiwa, Spesialis Rehab Medik, Spesialis Anestesi, Spesialis Emergensi Medis, Spesialis Kedokteran Penerbangan, Spesialis Mikrobiologi Klinik, dan Spesialis Kulit Kelamin.

Tahun ini juga Kementerian Kesehatan memanfaatkan teknologi tekno cool untuk mengantisipasi kasus heat stroke (serangan panas) pada fase armuzna. dr. Budi menilai langkah ini efektif dalam meminimalisir kasus kematian akibat heat stroke

“Alhamdulillah angka kematian akibat heat stroke di Armuzna tidak ada, meski kasusnya banyak” ujar dr. Budi

Sebagai antisipasi kasus kelelahan di jalur jamarat, juga dilakukan penguatan layanan Bergerak Secara Bergelombang (BSB). Dengan menerjunkan 20 petugas kesehatan dalam lima tim, yang bergerak di sepanjang terowongan mina berbekal kursi roda, air, oralit dan perlengkapan untuk kegawatdaruratan lainnya.

Pada periode Armuzna dan Pasca Armuzna juga dilakukan

penguatan pengawalan terhadap jemaah risti melalui formasi 30. Dimana setiap 30 jemaah yang memiliki risiko tinggi di setiap kloter dikawal ketat oleh Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang menyertai kloter.

Baca Juga :  Panglima TNI Penuhi Undangan Jeneral Tan Sri Dato’ Seri Mohammad Bin Ab Rahman

“Alhamdulillah aktivitas ini membantu dalam menjaga kondisi kesehatan jemaah” jelasnya.

Khusus dalam upaya edukasi jemaah haji, dilakukan promosi kesehatan dengan pesan pesan spesifik mendorong jemaah haji menyesuaikan aktivitas ibadah fisik dengan kondisi kesehatan masing-masing, selain pesan pesan promkes lainnya. Promosi kesehatan pun dilakukan hingga pada upaya deteksi dini.

Pihaknya menyatakan akan terus mengevaluasi penyelenggaraan kesehatan haji di tahun ini, sebagai bagian dari perbaikan upaya untuk penyelenggaraan haji di tahun tahun mendatang. Sesuai dengan amanat yang diberikan untuk menjaga jemaah haji tetap sehat mulai dari berangkat hingga kepulangan jemaah ke tanah air.

“Meninggal merupakan hak Allah, tetapi menjaga kesehatan merupakan ikhtiar kami dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada Jemaah haji. Kami berusaha semaksimal mungkin agar jemaah sehat dan dapat melaksanakan ibadah dengan baik, dan dapat pulang ke Indonesia dalam keadaan sehat” ujarnya.

Hingga hari ini sebanyak sepuluh jemaah haji indonesia yang masih dirawat di RSAS, dua diantaranya dirawat di RSAS Jeddah, dan delapan lainnya di rawat di RSAS Makkah. KKHI Madinah juga masih merawat dua jemaah haji, terdiri dari satu jemaah haji reguler dan satu jemaah haji khusus.(*)

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik

Related posts