KEDIRI, lensareportase.com – Intoleransi, radikalisme, dan terorisme merupakan ancaman nyata bagi seluruh elemen bangsa. Tak cuma berpotensi menghambat kemajuan, namun juga mengancam eksistensi dan kohesifitas sosial masyarakat Indonesia yang dibangun di atas semangat kebhinekaan.Potensi ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme ini harus dihadapi bersama-sama. Tak cuma mengandalkan pemerintah, namun juga membutuhkan partisipasi aktif seluru elemen masyarakat.(30/11)
Salah satu unsur yang punya peran besar dalam menjaga dan memelihara prinsip kebhinekaan ini ialah kalangan santri. Para santri dan ulama, sudah ada dan berkontribusi kepada bangsa sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dilahirkan. Mereka juga tak henti memelihara eksistensi dan turut aktif berpartisipasi dalam upaya memajukan bangsa.
Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo yang didirikan pada tahun 1910 M oleh K.H. Abdul Karim adalah salah satu pesantren yang punya sumbangsih. Ponpes yang terletak di Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur ini punya peran dalam lintasan sejarah panjang perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.Ponpes Lirboyo salah satunya pernah mengirimkan santri-santrinya ke medan perang seperti peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang turut dilecut Fatwa Jihad ulama besar Indonesia Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari.
Penanaman nilai-nilai kebangsaan dalam bidang studi ini merupakan bagian dari ikhtiar merawat kebhinekaan dan kemajemukan yang menjadi benteng pertahanan dari unsur-unsur yang dapat merusak keutuhan bangsa, termasuk paham-paham destruktif laiknya radikalisme, intoleransi, dan terorisme.