Pernyataan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto tentang pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) yang sebelumnya dianggap sebagai upaya untuk memberikan jabatan strategis bagi perwira tinggi TNI, telah memicu berbagai tanggapan.
Salah satu yang memberikan pendapat adalah Anggota Komisi I DPR RI Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin yang mempertanyakan pernyataan Panglima TNI tersebut. Kini, Ketua Forum Bersama Bhinneka Tunggal Ika, Dr. Taufan Hunneman, berupaya memberikan klarifikasi atas tanggapan politisi PDIP itu.
Taufan menegaskan bahwa pernyataan Panglima TNI mengenai Kogabwilhan harus dipahami dalam konteks tema besar yang disampaikan dalam pidato beliau saat Rapat Pimpinan TNI 2025 beberapa waktu lalu.
“Tema utama yang disampaikan oleh Panglima TNI dalam Rapim adalah perlunya kajian komprehensif terhadap doktrin TNI agar selaras dengan perkembangan zaman,” jelas Taufan dalam pernyataannya pada Kamis (6/2/2025).
Berdasarkan hal tersebut, Taufan berpendapat bahwa TB Hasanuddin telah keliru dalam menafsirkan pernyataan Panglima TNI terkait Kogabwilhan.
Ia menyatakan bahwa dalam pidatonya di Rapim TNI 2025, Panglima TNI menekankan pentingnya Kogabwilhan sebagai jawaban menghadapi tantangan TNI di masa mendatang.
“Kogabwilhan dibentuk untuk mengatasi tantangan tugas ke depan dan memastikan tidak ada tumpang tindih dalam kewenangan,” tutur mantan aktivis 98 tersebut.
Sebagai langkah pencerahan, Taufan menyarankan agar TB Hasanuddin lebih berhati-hati dalam memahami pidato Panglima TNI, mengingat tidak sepatutnya mengambil kesimpulan hanya dari potongan teks.
“Panglima TNI sedang melakukan pidato reflektif yang bertujuan untuk menggugah diskusi mengenai doktrin, organisasi, pola rekrutmen, serta satuan masa depan,” tegasnya.
Di lain kesempatan, Taufan juga memberikan pujian atas langkah Panglima TNI dalam pembentukan satuan siber. Hal ini diungkapkan oleh Panglima TNI Agus Subiyanto dalam rapat kerja Komisi I DPR pada Selasa (4/2/2025).
Panglima Agus menjelaskan bahwa ia telah merekrut sejumlah ahli siber, termasuk mantan peretas, untuk bergabung sebagai tentara siber yang ditempatkan di satuan yang baru dibentuk.
Menyikapi inisiatif ini, Taufan menilai Panglima telah membuat keputusan yang tepat, mengingat maraknya kejahatan siber yang berpotensi menjadi alat untuk memecah belah NKRI.
“Panglima TNI sangat visioner dengan membentuk pasukan siber berdasarkan keterampilan dan kemampuan teknologi tinggi,” pungkasnya.