Entah Gengsi atau Malu: Penggunaan Basa Sunda di Bogor Mulai Terkikis

KAB.BOGOR – Penggunaan bahasa Sunda di wilayah Bogor, khususnya di kalangan anak-anak, semakin jarang terdengar. Fenomena ini mengundang perhatian dan keprihatinan, mengingat Bogor adalah salah satu wilayah yang secara budaya dan historis sangat lekat dengan identitas Sunda. Namun, kini bahasa Sunda di Bogor perlahan-lahan terkikis oleh berbagai faktor, baik karena perubahan zaman, pengaruh budaya luar, maupun pola asuh di keluarga. Sabtu (07/12/2024)

Bahasa Sunda: Warisan yang Terpinggirkan

Bahasa Sunda bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga warisan budaya yang memuat nilai-nilai kearifan lokal. Di Bogor, penggunaan bahasa Sunda dahulu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, saat ini, semakin sedikit anak-anak yang diajarkan atau terbiasa berbicara dalam bahasa Sunda, baik di rumah maupun di lingkungan mereka.

Salah satu penyebab utama adalah kurangnya kebiasaan orang tua menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari. Banyak keluarga lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia, bahkan sejak anak-anak mereka masih kecil. Hal ini biasanya dilandasi oleh alasan pragmatis, seperti agar anak lebih mudah beradaptasi dengan pendidikan formal yang menggunakan bahasa Indonesia.

Di sisi lain, ada pula anggapan bahwa menggunakan bahasa Sunda di tempat umum, terutama di perkotaan, dianggap kuno atau tidak modern. Gengsi dan rasa malu berbicara bahasa daerah sering kali menjadi hambatan, terutama di kalangan anak muda.

Peran Pendidikan dan Media

Meskipun mata pelajaran bahasa Sunda diajarkan di sekolah-sekolah di Jawa Barat, termasuk Bogor, intensitasnya sering kali tidak cukup untuk membangun kebiasaan berbahasa Sunda. Siswa hanya mempelajarinya sebagai teori, tanpa penerapan yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.

Media dan teknologi juga turut memengaruhi. Anak-anak lebih sering terpapar oleh konten dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing daripada bahasa Sunda. Media digital, seperti video di YouTube atau permainan daring, jarang menggunakan bahasa Sunda, sehingga anak-anak tidak merasa akrab atau tertarik untuk mempelajarinya.

Baca Juga :  Permainan Tradisional: Warisan Budaya yang Tetap Bertahan di Tengah Modernisasi

Dampak Kehilangan Bahasa Sunda

Jika tren ini terus berlanjut, Bogor berpotensi kehilangan salah satu identitas budayanya. Kehilangan bahasa Sunda berarti juga kehilangan sebagian dari tradisi, sastra, dan kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Selain itu, bahasa daerah memiliki peran penting dalam membentuk jati diri anak, sehingga jika tidak dijaga, generasi mendatang mungkin akan merasa semakin jauh dari akar budaya mereka.

Upaya Pelestarian

Untuk mencegah bahasa Sunda di Bogor semakin terkikis, diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak:

  1. Keluarga: Orang tua perlu mulai membiasakan diri menggunakan bahasa Sunda di rumah. Anak-anak akan lebih mudah menguasai bahasa jika mereka mendengarnya sejak dini.
  2. Pendidikan: Sekolah-sekolah harus mengintegrasikan pembelajaran bahasa Sunda dengan cara yang lebih interaktif dan relevan. Misalnya, melalui drama, lagu, atau permainan tradisional.
  3. Komunitas dan Pemerintah: Perlu ada program atau kampanye pelestarian bahasa Sunda, seperti festival bahasa Sunda, lomba pidato atau puisi dalam bahasa Sunda, dan sebagainya.
  4. Media dan Teknologi: Konten digital dalam bahasa Sunda harus lebih banyak diproduksi dan dipromosikan, sehingga generasi muda merasa bahasa Sunda juga relevan dengan kehidupan modern mereka. (*)

Related posts