CIANJUR, lensareportase.com – Memasuki hari ke-11 pascagempabumi M 5.6 Cianjur atau Kamis (1/12), pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak dan pengungsi semakin terasa secara merata.
Segala jenis kebutuhan mulai logistik dan peralatan dari lintas instansi dan lembaga tak henti didistribusikan hingga ke pelosok kampung. Seluruh jenis bantuan itupun dipastikan diterima masyarakat dalam keadaan baik.
Selain permakanan, kebutuhan dasar air bersih juga menjadi hal yang paling utama dan terus dibutuhkan warga terdampak khususnya yang berada dipengungsian.
Guna memenuhi kebutuhan air bersih itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiagakan delapan unit mobil tangki bersama Palang Merah Indonesia (PMI), Kementerian PUPR, PDAM, BPBD, Kemensos dan sebagainya.
Mobil tangki BNPB dengan kapasitas 4.000 liter per unit itu beroperasi dan menyasar ke desa maupun permukiman warga yang sebagian besar hancur setelah diguncang gempabumi. Kehadiran mobil tangki air bersih BNPB menjadi ‘oase’ di tengah masa sulit.
Aisyah (45) warga RT 01 RW 07 Kampung Kuta Wetan, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, merasa kehadiran mobil tangki air bersih BNPB semakin melengkapi kebutuhan sehari-hari selama di pengungsian. Aisyah yang telah mengungsi selama sepuluh hari bersama ketiga anaknya serasa mendapatkan kembali harapan untuk bangkit.
Sebelumnya, ibu tiga anak itu merasa kesusahan untuk mendapatkan air bersih. Bahkan dia bersama ketiga anaknya sempat merasakan gatal-gatal akibat kekurangan air bersih.
“Kemarin emang kekurangan banget. Susah. Mau mandi, mau wudhu juga susah banget,” keluh Aisyah.
Sejak adanya kiriman air bersih secara rutin dari BNPB bersama lintas instansi dan lembaga lainnya, penyakit gatal-gatal dan diare sudah tak lagi diderita. Dengan air bersih itu, Aisyah dapat memanfaatkannya untuk mandi, mencuci piring, mencuci baju, berwudhu dan lainnya.
“Sekarang didrop air sama BNPB yah alhamdulillah membantu sekali. Buat mandi, wudhu dan keperluan yang lainnya sudah terbantu,” terang Aisyah.
Kebutuhan air bersih dalam masa darurat bencana memang menjadi kebutuhan dasar utama. Kekurangan air bersih dapat memicu permasalahan sehingga menyebabkan penyakit di pengungsian seperti diare, gatal-gatal, keracunan dan sebagainya.
Dua jenis penyakit tersebut memang menjadi permasalahan kesehatan yang umumnya diderita oleh warga pengungsian. Namun hal itu dapat terkendali karena di samping adanya dropping air bersih secara rutin, tim kesehatan juga selalu ‘jemput bola’ dari lokasi ke lokasi pengungsian.
“Sebelumnya gatal-gatal terus. Anak-anak kena diare juga. Tapi alhamdulillah ada tim medis yang datang kedan airnya sekarang sudah bersih,” pungkas Aisyah.(*)