lensareportase.com, Anak laki-laki yang punya ikatan erat dengan ibunya bisa memiliki empati baik, termasuk kepada pasangannya. Sayangnya, yang terjadi bisa jadi sebaliknya apabila pasangan Anda termasuk anak mami. Komunikasi yang baik adalah cara menghadapinya.
Ada orang yang salah satu kriteria memilih pasangannya adalah berdasarkan kedekatan dengan ibunya. Ini tidak buruk, karena kedekatan anak laki-laki dengan ibunya bisa membuatnya jadi sosok penyayang. Namun ketika kondisi anak mami ini sudah tak kenal batas, pernikahan Anda bisa terganggu karenanya.
Memang benar bahwa anak laki-laki yang punya ikatan erat dengan ibunya bisa memiliki empati baik, termasuk kepada pasangannya. Sayangnya, yang terjadi bisa jadi sebaliknya apabila pasangan Anda termasuk anak mami.Meski begitu, istilah anak mami tidak selalu berkaitan dengan oedipus complex, di mana seseorang anak laki-laki memiliki ketertarikan seksual dengan ibunya.
Mengenal “anak mami”
Istilah “anak mami” biasanya menjadi label bagi seorang pria yang punya ketergantungan tidak sehat pada ibunya saat sudah dewasa. Padahal, seharusnya mereka sudah bisa menjadi sosok mandiri. Menurut para ahli psikologi, kondisi ini bisa berakar pada masalah di masa kecil.Bagi Anda yang curiga pasangan merupakan anak mami, berikut ini beberapa indikator yang membedakannya dari sekadar dekat dengan ibu:
Tidak bisa mengambil keputusan sendiri
Anak mami selalu harus bertanya kepada ibunya saat akan mengambil keputusan, bahkan yang sepele sekalipun. Jangan heran pula apabila anak mami memutuskan untuk lebih percaya kepada saran ibunya ketimbang diskusi panjang kali lebar dengan Anda.
Tidak mandiri
Pola semacam ini juga membuat anak mami tidak bisa mandiri, terlepas dari berapa usia mereka. Pasangan yang anak mami akan terus menerus bergantung pada pasangan untuk memenuhi kebutuhan finansial, emosional, hingga sosial sekalipun.
Tidak tahu batasan waktu
Bahkan ketika sudah dewasa dan seharusnya bisa mengatur jadwal sendiri, anak mami akan kesulitan melakukannya. Selama 24/7, anak mami akan meminta ibunya mengurus dirinya bahkan untuk hal-hal sepele. Anda seakan menjadi sosok yang tidak terlihat untuk urusan semacam ini.
Tidak bisa berkata tidak
Kedekatan yang tidak sehat antara ibu dan anak laki-lakinya juga sangat mungkin membuat mereka enggan berkata tidak. Ini membuat batasan antara mana yang menjadi ranah ibu dan mana yang seharusnya menjadi urusan internal pasangan menjadi kabur.
Mengabaikan kebutuhan pasangan
Masalah ketergantungan terhadap sosok ibu ini juga dapat menimbulkan gesekan dalam hubungan. Pasangan anak mami cenderung lebih memprioritaskan ibunya, mengabaikan kebutuhan Anda. Hal ini akan membuat komunikasi berantakan.
Cara menghadapi pasangan “anak mami”
Hubungan yang tidak sehat adalah kondisi tak terhindarkan ketika memiliki pasangan anak mami. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki situasi, di antaranya:
1. Tetapkan batasan dengan jelas
Anda adalah Anda, bukan ibunya. Ini harus menjadi pembeda utama bahwa Anda tidak akan memperlakukan dia sama seperti bagaimana ibunya bersikap. Sampaikan bahwa ketika bersama ibunya, sepenuhnya hak dia untuk bersikap anak mami. Namun ketika bersama dengan Anda, dia harus bertindak selayaknya orang dewasa yang mandiri.Mungkin saja saat mengaplikasikan hal ini, pasangan akan bersikap manipulatif. Namun, Anda harus tetap tegu pendirian. Jangan jadikan rasa cinta atau sayang sebagai tameng untuk menuruti keinginannya dan membuat batasan ini kembali jadi kabur.
2. Hidup terpisah
Sebaiknya hindari tinggal bersama dengan mertua apabila pasangan Anda adalah anak mami. Sangat besar kemungkinan hubungan sebagai ibu-anak akan menjadi lebih prioritas ketimbang suami-istri. Selain itu, bisa tak terhitung berapa kali suami akan berpihak kepada ibunya demi tidak membuatnya kecewa.Lebih parahnya lagi, tinggal serumah juga memungkinkan suami untuk langsung ke ibunya ketika ada masalah di antara kalian, bukannya mencari solusi bersama.Oleh sebab itu, hidup terpisah adalah pilihan bijak. Ketika terpaksa tinggal bersama karena faktor finansial, pastikan ada tenggat waktu berapa lama hal ini berlangsung.
3. Hindari konfrontasi
Ingat posisi Anda sebagai menantu. Seberapa parahnya kondisi anak mami suami, Anda tetap tidak boleh melakukan konfrontasi langsung dan meminta mertua untuk tidak mencampuri urusan. Jangan pernah terbawa emosi dan berbicara dengan mertua dalam kondisi ini pula.Ketika akan membawa topik ini dalam diskusi, sampaikan dengan jujur bahwa Anda merasa sedikit cemburu dan ingin lebih banyak waktu berdua dengan pasangan. Jadilah sosok yang sensitif.Ingatkan pula pasangan bahwa tak masalah untuk sesekali berkunjung ke rumah orangtua. Namun, bukan berarti sang ibu bisa datang kapan saja karena tidak ada batasan yang jelas. Anda dan pasangan juga butuh waktu untuk bertumbuh.
4. Ambil keputusan sendiri
Apabila pasangan sangatlah bersifat anak mami sehingga sulit mengambil keputusan sendiri, Anda harus tegas. Jangan jadikan ibunya sebagai pengambil keputusan mengambil alih posisi Anda sebagai individu atau pasangan.Keputusan seputar keuangan, karir, pola asuh, atau bahkan liburan harusnya diambil oleh Anda dan pasangan. Ibu bukan penentu akhir kecuali memang Anda bertanya saran mereka.(*)
(Sumber: Sehatq)